JAKARTA, celebrities.id – PT Pertamina (Persero) resmi menjual Pertamax Green 95 di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Jakarta dan Surabaya. BBM baru ini dibanderol Rp13.500 per liter.
Saat ini, stok Pertamax Green 95 di SPBU masih terbatas. Pertamina selaku BUMN migas baru menyediakan bahan bakar yang diklaim ramah lingkungan itu di sepuluh SPBU di Surabaya dan lima di Jakarta.
Lantas apa itu Pertamax Green 95?
Pertamax Green 95 merupakan campuran antara Pertamax dengan Bioetanol sebesar 5 persen (E5).
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi mengatakan, standar dan mutu atau spesifikasi bensin dengan RON 95 adalah 5 persen berasal dari bahan bakar nabati jenis bioetanol (E100).
“Kepdirjen menetapkan dan memberlakukan ketentuan standar dan mutu bensin dengan RON 95 dan campuran 5 persen bioetanol. Spesifikasinya ditetapkan sesuai dengan yang tercantum pada lampiran Kepdirjen tersebut. Salah satunya diatur angka oktan (RON) minimal 95,” kata Agung Pribadi di laman resmi Kementerian ESDM, Sabtu (29/7/2023).
BBM baru tersebut diklaim lebih ramah lingkungan dan memiliki kualitas yang baik dengan nilai oktan research octane number (RON) yang lebih tinggi dari Pertamax biasa. Pertamax Green 95 memiliki RON 95, sedangkan Pertamax memiliki RON 92.
Namun begitu, bahan bakar ini tidak bisa digunakan semua jenis kendaraan. Meski diklaim cocok untuk berbagai jenis kendaraan, tapi perlu dipastikan rasio kompresi kendaraan apakah sesuai dengan Pertamax Green 95. Ini agar pembakaran lebih sempurna dan tidak merusak mesin.
Dilansir dari laman Pertamina, untuk jenis bahan bakar RON 92 ditujukan untuk mesin mobil dengan rasio kompresi 10:1 hingga 11:1. Sementara Pertamax Turbo dengan RON 98 untuk mesin dengan rasio kompresi 12:1.
Bagaimana dengan Pertamax Green 95?
Bensin ini memiliki RON 95 lebih cocok untuk kendaraan dengan rasio kompresi mesin 11:1 sampai 12:1. Ini akan membuat mesin bekerja maksimal dan bahan bakar lebih irit karena pembakaran sempurna.
Bagaimana jika tidak sesuai dengan rasio? Assistant Manager Technical Trainer Eureka Motor Indonesia, Ardhi Nurhamzah mengatakan akan terjadi penumpukan karbon apabila nilai kompresi dan RON tidak sesuai. Ini berdampak pada borosnya bahan bakar dan meningkatnya emisi.
“Biasanya yang paling ideal adalah nilai RON dengan nilai kompresi sesuai. Kalau nilai kompresi terlalu rendah dikasih bahan bakar tinggi efeknya penumpukkan karbon,” ujarnya di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Editor : Johan Sompotan
Follow Berita Celebrities di Google News
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Celebrities.id tidak terlibat dalam materi konten ini.